pada tanggal
Jadwal Bola
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Wama88 - Pertandingan Serie A antara Genoa dan Udinese yang berlangsung di Stadion Luigi Ferraris menjadi sorotan banyak pihak. Skor akhir 1-0 untuk kemenangan Genoa tampaknya tak hanya ditentukan oleh strategi dan kemampuan pemain, tetapi juga oleh kontroversi keputusan wasit yang dinilai sebagian kalangan terlalu menguntungkan tuan rumah. Dugaan "bantuan wasit" pun tak bisa dihindarkan dari pembicaraan pasca-laga.
Sejak peluit awal dibunyikan, pertandingan berjalan dengan tempo tinggi. Udinese yang tampil sebagai tim tamu, tidak tampak inferior. Mereka langsung menekan lini belakang Genoa dan menciptakan beberapa peluang dalam 10 menit pertama.
Namun, situasi berubah drastis setelah insiden kontroversial di menit ke-12. Dalam sebuah duel udara, bek Udinese, Lautaro Giannetti, berduel dengan striker Genoa, Mateo Retegui. Retegui terjatuh dan tampak mengaduh kesakitan. Wasit awalnya tidak memberikan pelanggaran, tetapi kemudian menerima panggilan dari ruang VAR. Setelah meninjau tayangan ulang, wasit memutuskan memberikan tendangan bebas untuk Genoa di dekat kotak penalti Udinese dan sekaligus memberikan kartu kuning untuk Giannetti.
Keputusan ini langsung memancing reaksi keras dari para pemain dan ofisial Udinese. Tayangan ulang menunjukkan bahwa Retegui jatuh dengan mudah, sementara kontak dari Giannetti tampak minimal. Komentator pertandingan bahkan menyebutnya sebagai “kontak ringan yang dilebih-lebihkan.”
Dari tendangan bebas itulah, Genoa kemudian mencetak gol. Bola dieksekusi dengan baik oleh Albert Gudmundsson, melewati pagar betis dan memantul sebelum masuk ke pojok bawah gawang. Gol itu menjadi satu-satunya di pertandingan.
Namun, yang menjadi sorotan bukan golnya, melainkan asal-muasal dari tendangan bebas tersebut. Banyak yang mempertanyakan apakah wasit benar-benar objektif dalam pengambilan keputusan tersebut. Tak sedikit pengamat sepak bola Italia yang menyebut keputusan wasit itu sebagai “hadiah” untuk Genoa.
Tak hanya itu, beberapa keputusan selanjutnya dalam pertandingan semakin memperkuat dugaan bahwa wasit cenderung berpihak kepada tim tuan rumah. Misalnya, beberapa pelanggaran keras dari pemain Genoa hanya berbuah teguran lisan tanpa kartu. Sementara pelanggaran serupa dari pemain Udinese langsung diberi kartu kuning.
Salah satu kritik paling tajam datang dari ketidakkonsistenan penggunaan VAR. Dalam insiden yang merugikan Udinese di babak kedua—di mana Beto dijatuhkan di kotak penalti Genoa—wasit memilih tidak meninjau tayangan ulang, meskipun protes keras datang dari seluruh pemain Udinese. Tayangan ulang menunjukkan adanya dorongan dari bek Genoa terhadap tubuh Beto yang jelas menjatuhkannya, namun wasit tetap pada keputusan awal: tidak penalti.
Hal ini memicu spekulasi bahwa VAR dalam pertandingan tersebut tidak digunakan secara konsisten, bahkan seolah-olah dimanfaatkan hanya ketika menguntungkan Genoa. Beberapa analis di stasiun TV Italia menyebut bahwa VAR malam itu "terkesan selektif" dalam intervensinya.
Pasca-pertandingan, pelatih Udinese, Gabriele Cioffi, menyampaikan kekecewaannya. Dalam konferensi pers, ia berkata:
“Kami bukan hanya melawan satu tim di lapangan malam ini. Kami juga melawan keputusan-keputusan yang tidak adil. Saya jarang bicara soal wasit, tapi hari ini jelas sekali kami dirugikan.”
Sementara itu, pelatih Genoa, Alberto Gilardino, menolak berkomentar panjang soal keputusan wasit. Ia hanya menyebut bahwa “timnya bermain dengan hati dan pantas menang.” Namun, ekspresinya saat ditanya soal insiden penalti yang tidak diberikan kepada Udinese tampak menghindar.
Beberapa pemain Udinese bahkan meluapkan emosi di media sosial. Salah satu bek mereka, Nehuén Pérez, menulis dalam akun Instagram-nya:
“Kami datang untuk bermain sepak bola, tapi pulang dengan rasa frustrasi. Sepak bola seharusnya adil.”
Media Italia pun tak tinggal diam. Headline seperti “Genoa Menang Berkat Wasit?” atau “VAR yang Hilang di Saat Penting” menjadi tajuk utama beberapa portal berita olahraga terkemuka seperti La Gazzetta dello Sport dan Corriere dello Sport. Mereka memuat analisis mendalam tentang insiden-insiden dalam pertandingan dan membandingkannya dengan situasi serupa di laga-laga lain yang berujung keputusan berbeda.
Di media sosial, tagar seperti #VARgonadiGenova dan #GiustiziaPerUdinese (Keadilan untuk Udinese) sempat menjadi trending. Netizen menyoroti keputusan wasit sebagai “terlalu lembut terhadap Genoa dan keras terhadap Udinese.”
Beberapa akun fanbase Udinese bahkan mengunggah kompilasi video insiden-insiden yang mereka anggap sebagai bukti keberpihakan wasit. Komentar publik pun didominasi kemarahan dan frustrasi atas “penghancuran semangat fair play.”
Ini bukan pertama kalinya Genoa terlibat dalam kontroversi wasit. Dalam beberapa musim terakhir, tim ini tercatat beberapa kali mendapat keputusan kontroversial yang menguntungkan mereka saat bermain di kandang. Meski belum ada bukti nyata soal konspirasi atau keberpihakan sistematis, akumulasi kejadian membuat publik semakin curiga.
Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) hingga kini belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait laga Genoa vs Udinese. Namun, tekanan publik bisa jadi akan mendorong investigasi terhadap penggunaan VAR dan performa wasit dalam pertandingan tersebut.
Pertanyaan besarnya adalah: akankah hal ini mengubah apa pun? Dalam sejarah Serie A, sudah banyak pertandingan yang diwarnai kontroversi, namun hanya sedikit yang benar-benar berujung pada sanksi atau perubahan sistem.
Beberapa kalangan menyerukan agar wasit-wasit dengan performa buruk diberi evaluasi terbuka dan publikasi putusan VAR ditingkatkan transparansinya. Mereka juga mendorong agar komunikasi antara wasit dan ruang VAR bisa diakses publik, seperti yang sudah dilakukan di liga-liga top Eropa lainnya.
Kemenangan Genoa atas Udinese memang tercatat di papan skor sebagai 1-0, namun dalam catatan banyak penggemar sepak bola netral, skor itu menyisakan tanda tanya besar. Apakah kemenangan ini hasil dari kerja keras semata, ataukah ada “tangan tak terlihat” yang membantu mereka meraih tiga poin?
Yang jelas, pertandingan ini sekali lagi memperlihatkan bahwa teknologi seperti VAR tidak selalu menjamin keadilan, apalagi jika manusia di balik layarnya tidak sepenuhnya netral.
Komentar
Posting Komentar